Ekobis  

Implementasikan Sisi Kehidupan Santri Dalam Proses Tanam Tembakau, Hingga Tuai Manfaat Bagi Umat

Foto : Budidaya tembakau di Lumajang, lokasi Ayoub mengemban amanah

Ekspos.id, Lumajang – Tembakau merupakan tanaman yang sudah dikenal oleh banyak kalangan masyarakat. Tentu banyak dijumpai, bahkan bisa dikata, wargapun sarat hidup berdampingan, dengan tanaman yang satu itu, pada ranah kegunaannya.

Ayoeb Taufani Zaman, salah seorang pengurus Pondok Pesantren Khomsani Nur di Desa Klanting, meraih kesuksesan, dengan menerapkan sisi kehidupan santri dengan proses penanaman tembakau, ketika ia menjadi Penyuluh Pertanian Lapangan di tahun 2010 hingga 2014 silam.
Ia menekuni bidang pertanian waktu itu dengan membina para petani tembakau di wilayah Lumajang dan sekitarnya.

Menurutnya, tembakau merupakan tanaman yang menjadi budaya dan banyak digemari oleh masyarakat Lumajang. Bahkan tembakau Lumajang, menjadi salah satu diantaranya, produk andalan dari produksi tembakau di Jawa Timur. Sementara pesantren, benar-benar merupakan warisan budaya dan lembaga pendidikan andalan, bagi masyarakat Islam khususnya di Kabupaten Lumajang.

Sekelumit ia memaparkan, langkah budidaya tembakau mulai dari pembibitan terlebih dahulu. Pada pembibitan tembakau, dapat melalui cara bedengan dengan hasil bibit tembakau cabutan, atau sistem polybag dengan hasil bibit dalam polybag.

Kegiatan pembibitan tembakau terdiri dari persiapan benih, pemilihan tempat pembibitan, pembuatan bedengan, penaburan benih, pemeliharaan, seleksi dan pemindahan bibit ke lahan.

Sementara pesantren, ia gambarkan sebagai wadah yang menjadi tempat pembibitan santri. Bertempat di pesantren, untuk memperoleh bekal agama melalui siraman ilmu dan pemupukan akhlaq yang baik. Juga dilatih untuk mandiri, dan ditempa dengan ketrampilan, serta diseleksi menurut bakat masing-masing, sebelum mereka ( santri -red ) dipindah ke lahan pengabdian.

Selebihnya kata Ayoub, penanaman tembakau tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Semula pemilihan bibit, setelah terpilih yang berkualitas, kemudian lanjut dengan masa penanaman pada lahan pertanian.

“Begitu pula dengan santri yang mau ‘ditanam’ atau ditugaskan ke lahan dakwah, tidak bisa sembarangan. Tetapi merupakan santri pilihan dan mempunyai kualitas dan daya tahan yang kuat, untuk menyebarkan ilmu kepada masyarakat sekitar,” ungkap Ayoub.

Berkaitan dengan pengendalian hama dan penyakit, Ayoub mengutarakan jika hal itupun tidak akan terhindarkan. Serupa dalam tahap perawatan tembakau yang dapat dikendalikan dengan cara alami maupun menggunakan obat. Santri diikhtiarkan pada medis dalam ranah sakit jasmani. Sementara untuk penyakit hati, ia memaparkan jika dilakukan dengan pembekalan ilmu Qur’an dan Sholawat serta bimbingan Guru yang sekaligus juga bisa memberantas virus-virus kebencian.

Memasuki masa panen, Ayoub turut mengutarakan jika tembakau diperlakukan dengan hati – hati dalam tiap pemetikan daunnya. Setelah dipetik proses peneraman dilakukan dengan cara menumpuk daun tembakau, ditata dalam satu baris atau lapis agar tembakau tidak rusak. Barulah setelah Pemeraman, tembakau dapat diproses melalui dirajang atau dikeringkan menurut jenisnya untuk mendapatkan tembakau yang berkualitas.

“Sementara santri pada akhirnya, harus bisa merangkul dan mengajak masyarakat sekitar pada ajaran Rosulullah SAW. Dengan begitu masyarakat bisa memanen atau mengambil manfaatnya dengan baik. Yang tentunya itu semua membutuhkan proses yang lama, sampai santri tersebut bisa berbuah kemanfaatan untuk ummat,” ulas Ayoub dengan raut yakin.

Selebihnya ia menambahkan, segala sesuatu bisa dikaitkan terkait sisi diantaranya. Terlebih dilakukan dengan amanah dan kasih sayang untuk manfaat yang baik, untuk masyarakat pada umumnya. (Atz).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *