Sitti Romlah S.Pdi., M.Pd
Jurnalis : K-TV
Dalam Era keterbukaan informasi, peran jurnalis seharusnya menjadi mitra strategis dalam menyampaikan fakta yang akuntabel, membentuk opini publik yang sehat dan mendidik. Namun, kenyataannya di lapangan menunjukkan bahwa jurnalis kerap diposisikan hanya sebagai alat publikasi demi kepentingan pencitraan pihak tertentu. Studi ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana relasi jurnalis dan narasumber sering kali tidak setara dan tidak berimbang, di mana jurnalis dimanfaatkan untuk menyebarkan informasi yang telah dikemas demi membangun citra, bukan menyampaikan kebenaran dan realita yang ada.
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam dan studi kasus pada beberapa peristiwa peliputan, ditemukan bahwa banyak narasumber hanya hadir ketika membutuhkan media untuk mengangkat nama baik, namun menghilang ketika diminta keterbukaan lebih lanjut. Temuan ini menunjukkan adanya pergeseran fungsi media dari pilar demokrasi hanya menjadi alat komunikasi sepihak, yang merugikan integritas jurnalis dan kredibilitas jurnalis. Penelitian ini merekomendasikan perlunya penguatan posisi jurnalis sebagai mitra kritis dalam menyampaikan informasi, bukan sekadar corong publikasi.
Tujuan dari hal ini adalah Untuk memberikan rekomendasi strategis dalam memperkuat posisi jurnalis sebagai mitra kritis dalam penyampaian informasi ke masyarakat, memantau kekuasaan, dan menjadi forum bagi kritik dan kesepakatan publik, dengan menekankan pentingnya hubungan yang setara antara jurnalis dan narasumber, sehingga jurnalis tidak lagi diposisikan hanya sebagai alat komunikasi sepihak yang dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi atau pencitraan semata.
Bagi jurnalis, tulisan ini diharapkan dapat menjadi refleksi untuk memperkuat posisi dan kode etik profesi agar tidak mudah dimanfaatkan oleh kepentingan sepihak. Sedangkan Bagi narasumber atau pihak berkepentingan, hal ini dapat menjadi peringatan akan pentingnya membangun hubungan yang profesional dan terbuka dengan media.
Bagi masyarakat, ini membantu meningkatkan kesadaran kritis dalam menerima informasi dari media, serta memahami dinamika di balik proses pemberitaan.
Dalam dunia komunikasi dan informasi, jurnalis memegang peran yang sangat penting sebagai penghubung antara fakta di lapangan dengan masyarakat luas. Namun, dalam praktiknya, sering kali jurnalis tidak diperlakukan sebagai mitra dalam penyebaran informasi profesional dan mendidik, melainkan hanya sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan yang telah dikemas sesuai kepentingan tertentu. Fenomena ini patut menjadi perhatian serius bagi pegiat insan pers karena menyangkut integritas, independensi dan kebebasan pers.
Peran Jurnalis seharusnya menjadi pengawas kekuasaan (watchdog) dan menyajikan informasi secara objektif dan independen. Mereka diharapkan menggali informasi dari berbagai sumber dan menyampaikan fakta apa adanya, bukan menyebarkan narasi yang sudah disusun seindah permata oleh pihak tertentu. Faktanya Adalah sebaliknya bahkan Banyak instansi, baik pemerintah maupun swasta, yang hanya melihat jurnalis sebagai “penyambung lidah” untuk mempublikasikan kegiatan atau pencitraan, Bahkan Parahnya Press release atau siaran pers dikirimkan kepada media dengan harapan diterbitkan tanpa kritis atau penyuntingan.
Akses terhadap informasi seringkali dibatasi, jurnalis hanya diberi data atau narasi yang menguntungkan pihak pemberi informasi. Hal ini sangat berdampak Menurunnya kualitas pemberitaan karena wartawan hanya menyampaikan informasi satu arah, dan Hilangnya fungsi kontrol sosial media karena tidak ada keberimbangan atau penggalian data lebih dalam. Jurnalis tersebut terkesan rendah bahkan terkesan tidak punya kewibawaan. Para jurnalis Kurangnya perlindungan terhadap kebebasan pers di beberapa wilayah. Serta Rendahnya kesejahteraan jurnalis yang membuat mereka mudah dipengaruhi oleh “uang liputan” atau bentuk imbalan lainnya.
Seharusnya kita sebagai jurnalis harus tetap mejaga integritas jurnalis dan Meningkatkan transparansi dari instansi agar media dapat bekerja sebagai mitra informasi. Fenomena jurnalis yang dijadikan alat publikasi menunjukkan masih jauhnya praktik jurnalisme ideal di banyak tempat. Agar media bisa kembali menjalankan fungsinya sebagai penjaga demokrasi dan kontrol sosial, maka perlu ada perubahan sikap dari semua pihak, baik media, jurnalis, maupun institusi yang menjadi sumber informasi. Jurnalis bukan alat, melainkan mitra strategis dalam menyampaikan informasi yang sehat dan berimbang kepada publik.