Kualitas Puasa, Ramadhan dan Taqwa

Oplus_131072

Kita akan kedatangan tamu yang sangat mulia yaitu Bulan suci Ramadhan.

Menjadi kesempatan bagi kita dibulan ramadhan untuk belajar agama secara komprehensif dan terstruktur. dibulan ramadhan kita dapat lebih fokus  daripada hari biasanya. Berpuasa adalah menahan dari segala hal yang membatalkan puasa dengan niat tertentu pada seluruh atau tiap-tiap hari yang dapat dibuat berpuasa oleh orang-orang Islam yang sehat, dan suci dari haid dan nifas _Syeikh Al-Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Qasim Asy-Syafi’i_  (“ *Fathul Qarib* ”)

Dalam kitab Suci Al-Qur’an Surah  al-Baqarah, 183: “ _Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kamu berpuasa seperti juga yang telah diwajibkan kepada umat sebelum kamu agar kamu menjadi orang yang bertaqwa”. (QS al-Baqarah, 183).

Ayat ini merupakan argumentasi _syariah_ bagi puasa Ramadan. Ayat ini berisikan tentang seruan Allah Swt kepada orang-orang beriman untuk berpuasa.

Setelah kita mengetahui pengertian dan hukum puasa ramadhan maka kita juga harus tahu mengenai Tingkatan tingkatan Orang Berpuasa, Menurut *Imam Al-Ghazali* dalam kitab _Ihya Ulumuddin_ Puasa memiliki *Tiga* *tingkatan* . Puasanya orang awam, puasanya orang khusus ‎dan puasa khusus buat orang khusus.

 *Imam Ghazali* dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menerangkan tingkatan dalam berpuasa. _Shaumul umum_ , _shaumul ‎khusus_ , _dan_ _shaumul khususil khusus_ . Ketiganya bagaikan tingkatan tangga yang manarik orang berpuasa agar bisa mencapai tingkatan yang khususil khusus.

 *1* . Puasa orang awam

Puasa level pertama disebut sebagai shaumul umum atau puasanya orang awam. Level puasa ini adalah yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang atau sudah menjadi kebiasaan umum. Biasa-biasa saja, atau mungkin kalau di-scoring nilanya baru good, belum very good apalagi exellent.

Praktik puasa yang dilakukan di level ini sebatas menahan haus dan lapar serta hal-hal lain yang membatalkan puasa secara syariat.

2. Puasanya orang khusus

Kedua disebut sebagai shaumul khushus atau puasanya orang-orang spesial. Level nilainya very good. Mereka berpuasa lebih dari sekadar untuk menahan haus, lapar dan hal-hal yang membatalkan.

Tapi mereka juga berpuasa untuk menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan segala anggota badannya dari perbuatan dosa dan maksiat. Mulutnya bukan saja menahan diri dari mengunyah, tapi juga menahan diri dari menggunjing, bergosip, apalagi memfitnah.

Kalau zaman sekarang, mungkin termasuk juga menahan jari-jarinya agar tidak menyebarkan berita-berita yang tidak sesuai kenyataan.

3. Puasa Orang Super-Khusus

Yang ketiga Ini level yang paling tinggi menurut klasifikasi *Imam Al-Ghazali* , disebut shaumul khushusil khushus. Inilah praktik puasanya orang-orang _istimewa_ , *exellent* .

Mereka tidak saja menahan diri dari maksiat, tapi juga menahan hatinya dari keraguan akan hal-hal keakhiratan. Menahan pikirannya dari masalah duniawi, serta menjaga diri dari berpikir kepada selain Allah.

Standar batalnya puasa bagi mereka sangat tinggi, yaitu apabila terbersit di dalam hati dan pikirannya tentang selain Allah, seperti cenderung memikirkan harta dan kekayaan dunia.

Bahkan, menurut kelompok ketiga ini puasa dapat terkurangi nilainya dan bahkan dianggap batal apabila di dalam hati tersirat keraguan, meski sedikit saja, atas kekuasaan Allah.

Puasa kategori level ketiga ini adalah puasanya para nabi, shiddiqin dan muqarrabin, sementara di level kedua adalah puasanya orang-orang shalih.

Lantas, sudah berada dimana tingkatan puasa kita selama ini ?

 *Imam Al-Ghazali* mengklasifikasi orang berpuasa ke dalam tiga level tersebut, tidak lain tujuannya adalah agar kita yang setiap tahun berpuasa Ramadhan bisa menapaki tangga yang lebih tinggi dalam kualitas ibadah puasanya. Idealnya orang yang berpuasa sudah menciptakan kualitas Ukhuwah basyariyyah, Ukhuwah Islamiyyah, dan Ukhuwah makhluqiyyah. Puasa adalah ibadah yang paling pribadi,personal, atau private tanpa kemungkinan bagi orang lain untuk dapat melihat, mengetahui dan apalagi menilainya. 

عن أبي هريرة ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻨﻪ ﻳﻘﻮﻝ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋليه ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ اﻟﻠﻪ ﻛﻞ ﻋﻤﻞ اﺑﻦ ﺁﺩﻡ ﻟﻪ ﺇﻻ اﻟﺼﻴﺎﻡ ﻓﺈﻧﻪ ﻟﻲ ﻭﺃﻧﺎ ﺃﺟﺰﻱ ﺑﻪ _ الحديث _

Diriwayatkan dari Abi Hurairah RA. Beliau berkata Rasulullah SAW bersabda: “Allah SWT berfirman: Semua amal ibadah anak Adam untuk mereka sendiri kecuali puasa. Sesungguhnya puasa untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.

والله اعلم

 Oleh : _Muhammad Ali Muhsin Rofiey Notonegoro, Ama.Spd.I_  Wakil Sekretaris MD *KAHMI* Kabupaten Pamekasan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *