Desa Randu Agung Singosari Do’a Bersama di Bulan Suro

Ekspos.id, Malang – Singosari Desa Randu Agung Singosari menggelar prosesi doa bersama dalam rangka memperingati 1 Muharram 1446 H / 2024 M. Acara ini diawali dengan titik kumpul warga desa di pendopo kantor Desa Randu Agung, dengan membawa gunungan tumpeng yang nantinya akan dibawa ke makam sesepuh desa atau punden untuk dilakukan acara selamatan tasyakuran. Acara dimulai pukul 09.00 WIB, Minggu, 07 Juli 2024.

Acara ini dihadiri oleh Kepala Desa Randu Agung Drs Subadi beserta istri, Babinsa Desa Randu Agung, Serma Doni dari Koramil 0818/26 Singosari, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda-pemudi desa, tokoh budaya, serta mahasiswa Universitas Brawijaya Malang yang turut memeriahkan acara doa bersama ini.

Prosesi doa dimulai dengan kunjungan Kepala Desa Randu Agung ke makam sesepuh desa atau pepunden, Mbah Surojoyo, yang berada di wilayah Krajan Desa Randu Agung. Di sana, dilakukan doa bersama dan selamatan dengan tumpeng sebagai simbolis wujud syukur. Selanjutnya, Kepala Desa juga mengunjungi makam sesepuh desa di punden Mbah Moka di Dusun Karang Kunci, dan terakhir mengunjungi makam pepunden Mbah Syayit Ali dan Mbah Syayid Muhammad yang berada di Dusun Sumber Suko.

Setelah prosesi doa di makam sesepuh desa selesai, rangkaian acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng dan 

Kepala Desa Randu Agung, Drs Subadi, di acara penutupnya, mengungkapkan harapannya agar tradisi seperti ini terus dilestarikan oleh generasi muda. “Budaya adalah warisan yang sangat berharga. Melalui acara seperti ini, kita tidak hanya memperingati tahun baru Islam, tetapi juga mengajarkan kepada generasi muda tentang pentingnya menjaga dan menghormati warisan leluhur,” ujar Subadi.

Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang yang turut hadir dalam acara ini juga mendapat perhatian khusus. Dalam sambutannya, Kepala Desa Subadi menekankan pentingnya peran pemuda dalam melestarikan budaya. “Saya berharap kalian, para mahasiswa, dapat menjadi penerus yang menjaga tradisi dan budaya kita. Jangan sampai budaya kita hilang karena perubahan zaman. Budaya adalah identitas bangsa,” pesan kepala desa Subadi.

Mas Fillah, salah satu mahasiswa Universitas Brawijaya yang hadir, menyampaikan kesannya tentang acara ini. “Saya sangat terkesan dan merasa beruntung bisa hadir di sini. Ini pertama kalinya saya melihat prosesi seperti ini, dan menurut saya, budaya seperti ini sangat penting untuk dipertahankan. Di era modern ini, sudah jarang sekali kita melihat acara budaya yang dilaksanakan dengan penuh hikmat seperti di Randu Agung,” tuturnya. (ning)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *