Apa Tashawwuf itu?
Jawab: Dalam kitab “Qawaid at Tashawwuf”, Al ‘Allamah Ahmad Zaruq mengatakan bahwa kata tashawwuf telah didefinisikan dan ditafsirkan dari berbagai aspek, sehingga jika dihitung bisa mencapai dua ribu definisi. Tapi inti dan maksud dari seluruh panafsiran dan difinisi tersebut kalau disimpulkan, Tashawwuf adalah sebuah disiplin ilmu dan amalan yang mana titik berat pembahasannya adalah pada sisi batiniyah manusia, yaitu bagaimana cara menata hati (ahlak hati / batiniyah) agar supaya seluruh lini ibadah kita (baik ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah) bisa mencapai syarat diterima oleh Allah SWT, dan bisa dijadikan media untuk mengantar kita kepada predikat hamba yang tulus ikhlash, ridha dan diridhai serta cinta dan dicintai oleh Allah SWT. Firman Allah SWT:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءِ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا
الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ البينة : ٥)
Firman Allah SWT: “Dan tidaklah kami menyuruh kepada kalian semua, kecuali agar supaya kalian menyembah kepada Allah SWT (bertauhid) dengan tulus / ikhlash kepadanya (dalam menjalankan) agama dengan lurus. Dan agar supaya mereka menegakkan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (QS. Al Bayyinah: 5)
إِنَّا أَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصاً لَّهُ الدِّينَ (الزمر : ٢)
Firman Allah SWT: Sesungguhnya kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan pada-Nya. (QS. Az Zumar: 2)
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿۲۷﴾ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً ﴿۲۸﴾ فَادْخُلِي
فِي عِبَادِي ﴿۲۹﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ٣٠ الفجر : ٢٧ – ٣٠
Artinya: “Wahai jiwa yang tenang (27) kembalilah kamu kepada Tuhan (pencipta dan pemelihara kamu) dalam keadaan ridha (terhadap segala ketetapan Allah) dan diridhai (oleh Allah SWT) (28)
maka masuklah kamu kedalam (golongan) hamba hambaKU (29)
dan masuklah kamu kedalam SurgaKU (30). (Al Fajr: 27-30).
Sabda Rasulullah SAW:
وَعَنْ أَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ هُ قَالَ : سَمِعْتُ أَبِي حَفْصِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هَجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُوْلِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى الدُّنْيَا يُصِيبَهَا، أَوْ إِمْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَجَرْ
إليه، (متفق عليه).
Diriwayatkan oleh Amiirul Mukminiin Abi Hafsh Umar Ibnul Khattab RA: saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya setiap pekerjaan itu tergantung pada niatnya, Sesungguhnya setiap orang mempunyai sesuatu yang diniati (baik atau buruk). Barangsiapa yang hijrahnya (dari Mekah ke Madinah) untuk mencari dan mendapatkan ridha Allah dan Rasulnya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya (diterima dan berpahala). Dan barangsiapa yang hijrahnya untuk mendapatkan (kekayaan) dunia, atau untuk perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya hanya bernilai sesuai dengan yang diniati tersebut. (tidak bernilai ibadah dan tidak berpahala). (Hadits Muttafaqun ‘alaih)
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْن صَخْرٍ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَامِكُمْ، وَلَا إِلَى صُوَرَكُمْ، وَلَكِنْ
يَنظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالَكُمْ. (رواه مسلم)
Dan diriwayatkan oleh Abi Hurairah Abdurrahman bin Shakher RA: Bersabda Rasulullah SAW: Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat (menilai) tubuh dan rupa kamu, tapi yang diperhatikan (dinilai) oleh Allah SWT adalah (ketulusan) hatimu dan (baik tidaknya) perbuatan kamu. (HR. Muslim)
Kesimpulannya :
Islam adalah agama yang paling sempurna (paripurna), Didalamnya ada tiga pilar yaitu: Al Islam yang membahas amaliah dzahir seperti ikrar Syahadatain, Shalat, zakat, puasa dan haji serta berbagai muamalah lain baik wajib, sunnah, makruh, jaiz dan haram. Juga ada Al Iman yang membahas masalah batin yaitu berupa keyakinan kepada segala yang ghaib, seperti yakin adanya Allah, malaikat, kitab kitab Allah, Nabi dan Rasul, kiamat dan taqdir. Perpaduan antara keduanya (Islam dan Iman) ini adalah Al Ihsan, yaitu beribadah kepada Allah SWT dengan meniru cara ibadah
Rasulullah SAW secara khusyu’, ikhlas sehingga mencapai kondisi
merasa selalu dilihat Allah dan puncaknya seakan akan melihat Allah SWT.
Jadi syari’ah itu adalah ilmu dhahir, sedangkan tashawwuf itu ilmu batin. Ibadah yang benar secara syariah yaitu artinya sudah shah secara tuntutan syar’i, sedangkan ibadah yang benar secara batin lalah artinya sudah shah secara tasawwuf, yaitu khusyu’, ikhlas, hingga merasa selalu dilihat Allah dan puncaknya seakan akan melihat Allah SWT. Oleh karenanya ibadah yang benar secara dzahir dan batin maka itulah ibadah yang diterima, tapi ibadah yang dilakukan secara dzahir dan batin dengan dasar pengabdian yang tulus tanpa pamrih surga maupun karena takut neraka, dilakukan karena cinta dan rindu yang sangat akan pertemuan dengan Dzat Maha Pencipta, itulah hakekat ibadah, ibadah yang benar, ibadah yang diterima dan ibadah yang tak ternilai derajatnya disisi Allah SWT dan ibadah inilah yang jauh lebih baik dari pada seluruh dunia dan seisinya.
Untuk mencapai martabat ini tidak ada jalan lain bagi kita ummat Islam kecuali harus mempelajari, mengetahui secara akurat tentang rahasia hati dan mengamalkan amalan amalan yang bisa membersihkan dan mensucikan hati serta mengantarkannya ke hadrah Al Qudsiyah Allah SWT. Sabda Rasulullah SAW:
أَلَا إِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةٌ إِذَا صَلُحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلَّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ (رواه البخاري ومسلم)
“Sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal darah, jika itu baik maka baiklah (ahlak dan amal) seluruh tubuhnya, jika itu rusak maka rusaklah (ahlak dan amaliah) seluruh tubuhnya, ingatlah segumpal darah itu adalah hati”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Ilmu yang membahas teori, amalan serta bimbingan untuk mencapai kebersihan dan kesucian hati dalam rangka mencapai derajat ridha dan diridhai serta cinta dan dicintai Allah SWT inl Namanya Ilmu tashawwuf. Pada zaman Rasulullah SAW nama Prau. Tashawwuf memang belum adaa tapi eksistensi teori dan Braktek yang dibahas dalam ilmu tashawwur seperti sabar, qanaah. saja’ah, ridha, ikhlas dan lain lain sudah ada.
By: Drs. KH. M. YUNUS A. HAMID